Wakil PM Irak Lolos dari Percobaan Pembunuhan
Baghdad - Wakil perdana menteri Irak Saleh al-Mutlaq lolos dari upaya pembunuhan, Jumat 11 April 2014. Kelompok militan berpakaian seperti tentara menembaki rombongan konvoinya saat di Baghdad barat.
Tidak ada yang mengaku bertanggung jawab atas serangan, yang menjadi aksi kekerasan terbaru saat negara ini menghadapi pemilihan parlemen pada 30 April mendatang.
Militan Islam di masa lalu sering menargetkan pejabat negara ini dalam upaya mereka merusak kepercayaan terhadap pemerintahan Perdana Menteri Nouri al-Maliki dari Syiah.
Anggota parlemen Sunni, Talal al-Zobaie mengatakan, ia menyertai al-Mutlaq, yang juga sama-sama Sunni, dan beberapa pejabat pemerintah lainnya saat mengunjungi desa di daerah Abu Graib, sebelah barat ibukota Irak, ketika serangan itu terjadi.
Sekelompok pria bersenjata dengan seragam tentara dan mengemudi kendaraan militer, menembaki konvoi mereka. Serangan ini , memicu tembak-menembak dengan penjaga dan tentara yang melindungi al-Mutlaq, kata al-Zobaie. Tiga dari penjaga al-Mutlaq terluka dan para penyerang melarikan diri.
Menurut pernyataan dari kantor al-Mutlaq , para pejabat sedang memeriksa kerusakan akibat banjir di daerah setelah militan dari kelompok sempalan al-Qaida membanjiri wilayah tersebut dan mematikan bendungan.
Al-Zobaie dan al-Mutlaq sebelumnya menyerukan kepada para politisi di seluruh spektrum agama dan etnis Irak untuk mengesampingkan perbedaan mereka dan fokus pada melindungi bangsa ini.
Sebuah bom pinggir jalan menghantam sebuah minibus di luar kota Mosul, menewaskan seorang warga sipil dan melukai enam lainnya.
Pemungutan suara 30 April akan menjadi yang pertama bagi Irak sejak pasukan AS ditarik dari negara ini, 2011 lalu. Lebih dari 9.000 kandidat akan bersaing untuk 328 kursi di parlemen. Tapi, tidak akan ada pemungutan suara di beberapa bagian provinsi Anbar yang didominasi Sunni, yang sedang terjadi bentrokan antara pasukan keamanan dan militan Islam.
ABCNEWS.GO.COM | ABDUL MANAN
TEMPO.CO | JUM'AT, 11 APRIL 2014 | 21:44 WIB
Tidak ada yang mengaku bertanggung jawab atas serangan, yang menjadi aksi kekerasan terbaru saat negara ini menghadapi pemilihan parlemen pada 30 April mendatang.
Militan Islam di masa lalu sering menargetkan pejabat negara ini dalam upaya mereka merusak kepercayaan terhadap pemerintahan Perdana Menteri Nouri al-Maliki dari Syiah.
Anggota parlemen Sunni, Talal al-Zobaie mengatakan, ia menyertai al-Mutlaq, yang juga sama-sama Sunni, dan beberapa pejabat pemerintah lainnya saat mengunjungi desa di daerah Abu Graib, sebelah barat ibukota Irak, ketika serangan itu terjadi.
Sekelompok pria bersenjata dengan seragam tentara dan mengemudi kendaraan militer, menembaki konvoi mereka. Serangan ini , memicu tembak-menembak dengan penjaga dan tentara yang melindungi al-Mutlaq, kata al-Zobaie. Tiga dari penjaga al-Mutlaq terluka dan para penyerang melarikan diri.
Menurut pernyataan dari kantor al-Mutlaq , para pejabat sedang memeriksa kerusakan akibat banjir di daerah setelah militan dari kelompok sempalan al-Qaida membanjiri wilayah tersebut dan mematikan bendungan.
Al-Zobaie dan al-Mutlaq sebelumnya menyerukan kepada para politisi di seluruh spektrum agama dan etnis Irak untuk mengesampingkan perbedaan mereka dan fokus pada melindungi bangsa ini.
Sebuah bom pinggir jalan menghantam sebuah minibus di luar kota Mosul, menewaskan seorang warga sipil dan melukai enam lainnya.
Pemungutan suara 30 April akan menjadi yang pertama bagi Irak sejak pasukan AS ditarik dari negara ini, 2011 lalu. Lebih dari 9.000 kandidat akan bersaing untuk 328 kursi di parlemen. Tapi, tidak akan ada pemungutan suara di beberapa bagian provinsi Anbar yang didominasi Sunni, yang sedang terjadi bentrokan antara pasukan keamanan dan militan Islam.
ABCNEWS.GO.COM | ABDUL MANAN
TEMPO.CO | JUM'AT, 11 APRIL 2014 | 21:44 WIB
Comments