Tersengat Memo Rahasia Panetta
Pemungutan
suara yang berlangsung tertutup 14 anggota Komite Intelijen Senat Amerika
Serikat, Kamis dua pekan lalu, sudah bisa diterka hasilnya. Dengan suara 11-3, Komite
akhirnya setuju untuk mendeklasifikasi (menyatakan sebuah dokumen tak lagi
bersifat rahasia) atas bagian dari laporan program penahanan dan interogasi oleh
intelijen negara ini, Central Intelligence Agency (CIA), terhadap tersangka
teroris pasca serangan 11 September 2001.
"Laporan
itu memperlihatkan kebrutalan yang bertolak belakang dengan nilai-nilai kita
sebagai bangsa. Kronik ini menjadi noda dalam sejarah kita yang tak boleh
dibiarkan terjadi lagi," kata Senator Demokrat, Ketua Komite Intelijen
Senat, Dianne Feinstein, di kantornya, Capitol Hill, usai voting soal laporan program
rahasia CIA di bawah era presiden asal Republik, George W. Bush.
Langkah
terbaru Komite Intelijen ini terjadi di tengah hubungannya yang memanas dengan lembaga
yang berada di bawah pengawasannya, CIA. Laporan yang akan dideklasifikasi itu
merupakan ringkasan eksekutif 480 halaman, termasuk 20 halaman temuan dan
kesimpulan, soal program Rendition (pemindahan tahanan dari satu negara ke
negara lain tanpa proses hukum), Detention (penahanan di penjara rahasia CIA di
luar negeri, yang juga disebut black site), dan Interrogation (RDI) CIA. Perselisihannya
terkait penyelidikan Komite Intelijen Senat yang dimulai 2009 lalu.
Awalnya
adalah upaya untuk menulis sejarah lengkap operasi RDI CIA. Program itu bagian dari upaya Amerika memburu
pelaku serangan 9/11, yang diduga dilakukan Al-Qaidah dan menewaskan sekitar
3.000 orang. Menurut laporan Globalizing Torture: CIA Secret Detention and
Extraordinary Rendition yang disusun Open Society tahun 2013, program ini meliputi
pemindahan 136 tahanan tanpa proses hukum dari satu negara ke negara lain yang
melibatkan kerjasama dengan 54 negara, pengoperasian black site di setidaknya 5
negara, dan aneka teknik kejam penyiksaan.
Program
ini dimulai tahun 2001, dan dihentikan tak lama setelah Barack Obama mulai berkantor
di Gedung Putih, tahun 2009. Komite Intelijen berniat mengkaji program ini,
tapi Gedung Putih terlihat tak berselera menyetujui permintaan untuk memberikan
semua kawat rahasia CIA soal program itu.
Masalah
itu terpecahkan setelah Leon E. Panetta, direktur CIA, setuju untuk menyediakan
sekitar 7 juta halaman dokumen bagi Komite Intelijen. Dokumen-dokumen itu
diletakkan di sebuah fasilitas dekat markas CIA di Langley, Virginia. Dokumen yang
disediakan mencakup dari awal program sampai September 2006, ketika semua
tahanan CIA dipindahkan ke penjara militer AS di Teluk Guantanamo, Kuba.
Penyelidik
Komite Intelijen pun mulai bekerja, menghabiskan berjam-jam setiap hari di
ruang bawah tanah di bangunan tanpa jendela di gedung tanpa pengenal milik CIA
itu. Area yang dipakai penyelidik Komite itu disebut "ruang baca
elektronik", kantor sederhana dengan meja dan komputer yang menempel di
dinding dan meja konferensi besar berada di tengahnya. CIA menciptakan sebuah
"drive jaringan bersama" yang dipisahkan dari jaringan utama badan
intelijen ini, sebagai tempat menyimpan dokumen yang bisa dibaca penyelidik Komite.
Pada akhir 2012, penyelidik merampungkan laporannya dan menyerahkannya kepada
CIA untuk mendapat tanggapan resmi.
Saat
penyelidik Komite mulai bekerja, Panetta juga memerintahkan stafnya membuat ulasan
internal atas dokumen-dokumen itu. Serangkaian memo yang dikenal sebagai
"Panetta Review" itu belakangan justru menjadi pusat sengketa CIA dan
Senat. Beberapa sumber mengatakan, bagian yang membuat sakit hati dari memo itu
adalah kesimpulan bahwa metode interogasi ekstrim hanya memberikan sedikit
bahan intelijen bernilai bagi upaya
menghentikan plot teror terhadap Amerika.
Panetta,
direktur sejak 13 Februari 2009 digantikan oleh David H. Petraeus pada 6 September
2011. Jenderal bintang empat itu mundur 9 November 2012 karena diguncang
skandal perselingkuhan. Obama lantas menunjuk penasihat Keamanan Dalam Negerinya,
John Owen Brennan, untuk mengisi jabatan itu. Berbeda dengan dua pendahulunya, Brennan
adalah veteran CIA. Ia pernah menjadi kepala kantor CIA di Riyadh (1996) dan
menjadi wakil Direktur Eksekutif CIA Maret 2001. Ia keluar dari CIA dan bekerja
di sektor swasta sebelum ditarik Obama ke Gedung Putih.
Selama
sidang konfirmasi pengangkatannya sebagai direktur CIA di Senat, Brennan
mengatakan, dia telah membaca laporan ringkasan eksekutif Komite Intelijen. "Saya
tidak tahu apa fakta atau kebenarannya. Jadi, saya benar-benar perlu hati-hati
dan melihat apa tanggapan CIA," kata Brennan. Beberapa bulan kemudian,
Brennan menyampaikan tanggapan resmi CIA. Dokumen setebal 122 halaman itu membantah
fakta-fakta dan kesimpulan dalam laporan Komite Intelijen.
Awalnya,
penyelidikan RDI CIA ini dilakukan oleh staf Demokrat di Senat AS karena Republik
menolak menyelidiki operasi CIA di masa presiden Bush karena dianggap bias
partai. Namun, hasil penyelidikan ini akhirnya disetujui Senat, Desember 2012,
tapi hasilnya dinyatakan sebagai rahasia. Laporan setebal 6.300 halaman dan
37.000 catatan kaki itu antara lain menyimpulkan bahwa teknik interogasi keras tak
memberi bukti kunci dalam perburuan terhadap pemimpin Al-Qaidah Usamah bin
Ladin, yang akhirnya tewas dalam penyerbuan US Navy SEALs di Pakistan, 2 Mei
2011 lalu. CIA juga dituding memberi keterangan menyesatkan kepada Bush dan
Kongres tentang keberhasilan program itu. Juru bicara CIA, Dean Boyd saat itu menyebut
ada "kesalahan signifikan dalam detail penelitian itu" meskipun CIA "setuju
dengan sejumlah temuannya."
Jawaban
Brennan pada pertengahan tahun 2013 itu, tentu saja tak memuaskan Komite
Intelijen. Akhir tahun 2013, senator Demokrat di Komite Intelijen meningkatkan tekanan
kepada CIA untuk menyerahkan ulasan internalnya. Dianne Feinstein menulis surat
kepada Brennan soal itu, dan Senator Mark Udall menyinggung soal “Paneta Review”
dalam rapat 17 Desember 2013. Menurut Udall, “ulasan internal CIA konsisten
dengan laporan Komite intelijen" dan itu "bertentangan dengan
tanggapan resmi CIA atas laporan Komite Intelijen."
Tidak
jelas bagaimana atau kapan penyelidik Komite Intelijen memperoleh bagian dari
"Panetta Review" itu. CIA tidak pernah memberikan memo internal itu untuk
Senat. Seorang pejabat mengatakan, penyelidik Komite kemungkinan menembus pagar
api (firewall) dalam sistem komputer CIA yang dibuat untuk memisahkan area
kerjanya dari file digital lain badan intelijen ini.
Saat
Udall menyitir “Panetta Review”, saat itulah CIA mencurigai bahwa penyelidik Komite
yang bekerja di fasilitasnya di Virginia telah melihat setidaknya memo Panetta.
Pejabat senior di CIA lantas memerintahkan pencarian dan melakukan audit log
digital di komputer CIA. Januari 2014, CIA mempresentasikan hasil pencarian itu
kepada Komite Intelijen. Pertemuan pun berlangsung tegang. Bukannya meredakan
masalah, ini justru memicu konfrontasi baru.
Sehari
setelah pertemuan itu, Feinstein menulis surat kepada Brennan menuntut jawaban
mengapa CIA menggeledah komputer yang digunakan penyelidiknya. Pada 11 Maret
2014, Feinstein menyampaikan secara terbuka bahwa "Penggeledahan CIA
mungkin telah melanggar prinsip pemisahan kekuasaan yang diatur dalam
Konstitusi." "Jika terbukti (penggeledahan itu), legislatif harus
menyatakan perang terhadap CIA," kata Senator Republik, Lindsey Graham.
Feinstein
meminta Departemen Kehakiman menginvestigasi kasus ini. CIA, yang menganggap penyelidik
Senat mengakses dokumen secara tak sah, menempuh langkah serupa. Hingga awal April,
lembaga yang dipimpin Jaksa Agung Eric H. Holder, Jr. itu belum mengabarkan perkembangan
atas permintaan Langley dan Capitol Hill ini.
BOKS: Tiga Fakta Program Rahasia CIA
3
Program ini meliputi tiga hal kunci: rendition, detention, dan interrogation
Rendition - pemindahan tersangka teror tanpa proses hukum dari penjara di satu negara ke negara lain
Detention - penjara rahasia CIA di luar negeri, yang dikenal sebagai black site, antara lain di Afganistan, Lithuania, Maroko, Polandia, Rumania, dan Thailand
Interrogation - interogasi, yang meliputi waterbording dan "teknik interogasi yang ditingkatkan" lainnya. Waterbording adalah metode penyiksaan di mana air dituangkan di atas kain yang menutupi wajah dan saluran pernafasan tahanan, yang menyebabkannya mengalami sensasi tenggelam.
54
Negara yang bekerjasama dengan CIA, termasuk: Afganistan, Albania, Aljazair, Australia, Austria, Azerbaijan, Belgia, Bosnia-Herzegovina, Kanada, Kroasia, Siprus, Republik Cek, Denmark, Djibouti, Mesir, Etiopia, Finlandia, Gambia, Georgia, Jerman, Yunani, Hong Kong, Islandia, Indonesia, Iran, Irlandia, Italia, Yordania, Kenya, Libya, Lithuania, Macedonia, Malawi, Malaysia, Mauritania, Maroko, Pakistan, Polandia, Portugal, Rumania, Arab Saudi, Somalia, Afrika selatan, Spain, Sri Lanka, Swedia, Suriah, Thailand, Turki, United Emirat Arab, Inggris, Uzbekistan, Yaman, dan Zimbabwe.
3
Intelijen Indonesia setidaknya bekerjasama dalam penahanan dan pemindahan tiga tersangka teroris: Muhammad Saad Iqbal Madni, Salah Nasir Salim Ali Qaru, dan Omar al-Faruq.
Madni, warga Pakistan, ditangkap Januari 2002 di Jakarta dan diserahkan kepada Mesir, lalu ditahan di Afganistan, dan berakhir di penjara militer AS di Guantanamo. Augustus 2008, ia dipulangkan ke Pakistan.
Qaru, warga Yaman, ditangkap di Indonesia tahun 2003, dan dipindahkan ke Yordania. Oktober 2003, ia dibawa ke Afganistan, lalu ke Eropa Timur, sebelum ke Yaman, Mei 2005. Ia diadili di sana Februari 2006 karena pemalsuan dokumen perjalanan. Ia dibebaskan Maret 2006
Faruq, warga Irak, ditangkap di Bogor, 2002. Ia lantas ditahan di penjara Bagram, Afganistan, tapi berhasil kabur Juli 2005. Ia tewas oleh pasukan Inggris di Basra, Irak, tahun 2006.
Bahan: Diolah dari Globalizing Torture, Open Society dan antiwar.com
Comments