SBY Tekan Tony Abbott
Jakarta - Keretakan hubungan diplomatik Indonesia-Australia, yang dipicu oleh isu penyadapan, memasuki babak baru. Setelah menyampaikan kecaman lewat akun twitter dan menarik pulang Duta Besar Indonesia di Canberra, kemarin Presiden Indonesia Susilo Bambang Yudhoyono mengultimatum Perdana Menteri Australia Tony Abbott.
Di Istana Negara, Jakarta, Yudhoyono menyatakan menuntut penjelasan resmi mengapa intelijen Australia menyadap teleponnya, orang-orang dekatnya termasuk telepon Kristiani Herawati, istrinya. Presiden segera mengirim surat kepada Abbot untuk menuntut penjelasan itu.
"Kalau Australia ingin menjaga hubungan baik, saya masih tetap menunggu penjelasan dan sikap resmi Australia berkaitan dengan itu," kata Yudhoyono kemarin. Presiden menginstruksikan semua kerja sama militer, intelijen, dan pertukaan infomasi dengan pemerintah Australia dihentikan sampai ada penjelasan yang tepat soal penyadapan tersebut.
Dari Canberra, Abbott menyampaikan "penyesalan mendalam dan tulus" atas rasa malu yang dirasakan Presiden Yudhoyono. "Saya akan menanggapi surat presiden (Indonesia) secepatnya, secara lengkap, dan dengan sopan," kata Abbot di depan anggota Parlemen Australia, tak lama setelah keluarnya pernyataan SBY.
Skandal penyadapan ini terbuka ke publik setelah Guardian dan Kelompok Fairfak Media, Senin lalu, melansir berita bahwa Australian Signal Directorate menyadap percakapan telepon Yudhoyono dan orang dekatnya, setidaknya selama 15 hari pada Agustus 2009. Informasi ini berdasarkan dokumen bocoran eks analis badan intelijen Amerika Serikat, Edward Snowden.
ABC.net.au | Prihandoko | Abdul Manan
KORAN TEMPO | 21 November 2013
Di Istana Negara, Jakarta, Yudhoyono menyatakan menuntut penjelasan resmi mengapa intelijen Australia menyadap teleponnya, orang-orang dekatnya termasuk telepon Kristiani Herawati, istrinya. Presiden segera mengirim surat kepada Abbot untuk menuntut penjelasan itu.
"Kalau Australia ingin menjaga hubungan baik, saya masih tetap menunggu penjelasan dan sikap resmi Australia berkaitan dengan itu," kata Yudhoyono kemarin. Presiden menginstruksikan semua kerja sama militer, intelijen, dan pertukaan infomasi dengan pemerintah Australia dihentikan sampai ada penjelasan yang tepat soal penyadapan tersebut.
Dari Canberra, Abbott menyampaikan "penyesalan mendalam dan tulus" atas rasa malu yang dirasakan Presiden Yudhoyono. "Saya akan menanggapi surat presiden (Indonesia) secepatnya, secara lengkap, dan dengan sopan," kata Abbot di depan anggota Parlemen Australia, tak lama setelah keluarnya pernyataan SBY.
Skandal penyadapan ini terbuka ke publik setelah Guardian dan Kelompok Fairfak Media, Senin lalu, melansir berita bahwa Australian Signal Directorate menyadap percakapan telepon Yudhoyono dan orang dekatnya, setidaknya selama 15 hari pada Agustus 2009. Informasi ini berdasarkan dokumen bocoran eks analis badan intelijen Amerika Serikat, Edward Snowden.
ABC.net.au | Prihandoko | Abdul Manan
KORAN TEMPO | 21 November 2013
Comments