IFJ: 2010, 97 Jurnalis Tewas, Tiga di Indonesia
SENIN, 03 JANUARI 2011 | 16:22 WIB
Abdul Manan
TEMPO Interaktif, Jakarta - International Federation of Journalists (IFJ) mencatat ada 97 jurnalis dan pekerja media yang tewas di tahun 2010. Dalam siaran pers yang diterima Tempo hari ini (3/1/2011), jumlah ini memang turun dibanding tahun lalu yang mencatat ada 139 orang. Dari 97 jurnalis yang tewas, tiga di antaranya terjadi di Indonesia.
Ada tiga kasus jurnalis Indonesia yang tewas yang masuk dalam daftar IFJ. Ketiganya masing-masing: kepala biro Kompas Muhammad Syaifullah pada 26 Juli, reporter Merauke TV Ardiansyah Matra’is (30 Juli) dan jurnalis Sun TV Ridwan Salamun (21 Agustus).
Dengan adanya tiga wartawan yang meninggal, maka Indonesia tercatat sebagai negara yang memiliki catatan kematian jurnalis yang lebih banyak dari Rusia (1 kasus), Yunani (1) Bangladesh (1), Ekuador (2), Guatemala (2 kasus), Angola (2), dan Brasil (2).
Dalam siaran persnya, IFJ mengingatkan bahwa saat ini jurnalis dan pekerja media masih menjadi target utama kelompok garis keras, gangster dan teroris. Jurnalis dan pekerja media yang menjadi target pembunuhan, serangan bom atau kontak insiden kontak senjata. Tiga jurnalis lainnya meninggal karena kecelakaan.
Rilis terbaru dari IFJ soal ancaman pembunuhan terhadap jurnalis dan pekerja media adalah ancaman pengeboman yang disiapkan terhadap Jyllens Posten, koran Swedia yang di tahun 2005 mengundang protes dari penjuru dunia karena mempublikasikan kartun Nabi Muhammad.
Asia Pasifik masih dicatat IFJ sebagai kawasan yang mematikan karena mencatat ada 38 jurnalis dan pekerja media yang tewas tahun ini. Untuk tahun 2010, IFJ menobatkan Pakistan sebagai peringkat atas negara yang paling berbahaya bagi jurnalis, melebihi Mexico, Honduras dan Iraq karena ada 15 jurnalis yang tewas. Di Meksiko, ada 10 kasus, Honduras 10, Iraq 6 dan Filipina 5.
Dengan adanya sekitar 100 jurnalis yang terbunuh di tahun 2010, kata Presiden Jim Boumelha, seharusnya bisa menggerakkan para pemimpin dunia untuk memberikan proteksi yang lebih baik kepada jurnalis. "Pemerintah harus bertindak sekarang untuk memburu pelakunya untuk melindungi jurnalis, bukan hanya untuk mereka yang bekerja di industri ini, tapi untuk demokrasi itu sendiri," kata Sekjen IFJ Aidan White.
IFJ adalah federasi jurnalis internasional yang memiliki kantor pusat di Brussel, Belgia. Anggotanya sekitar 600 ribu jurnalis dan pekerja media yang terdapat di 125 negara.
IFJ mencatat ada tiga kasus wartawan yang tewas tahun ini karena belum memasukkan tewasnya Pemimpin Redaksi Mingguan Pelangi, Maluku, Alfrets Mirulewan, pada 16 Desember 2010 lalu. Jenasah Alfrets ditemukan di Pantai Pulau Kisar, Kabupaten Maluku Barat Daya, sekitar pukul 23.00 Waktu Indonesia bagian Timur dalam keadaan tubuh dipenuhi memar yang diduga akibat pukulan benda tumpul.
Abdul Manan
Comments