Empat Orang Asing di Kuala Penaga
MATAHARI sudah tinggi ketika Satuan Tugas Muara Marinir, yang bersiaga di pantai, terlibat kontak senjata dengan 15 anggota Gerakan Aceh Merdeka (GAM) di Kuala Penaga, Kecamatan Bandara, Aceh Timur, 24 Juni lalu. Di tengah desingan peluru itu, para marinir menyaksikan seseorang berenang menghampiri pasukan.
Setelah dekat, perenang itu ternyata, eh, warga negara asing. Namanya Nyana, berkewarganegaraan Burma. Setiba di lokasi pasukan TNI, dia langsung dievakuasi. Dari keterangannya diketahui, Nyana tidak sendirian. Masih ada tiga kawannya yang terjebak di tengah kontak senjata itu.
Pasukan marinir yang tergabung dalam Satuan Tugas Mobil IV Bajul Rawa itu terlibat kontak senjata dengan GAM sekitar pukul 12.20 WIB, ketika melakukan patroli rutin di sekitar Penaga, tepatnya di mulut Sungai Raja Muda. Dalam kontak selama delapan menit ini, tak ada korban dari TNI dan GAM. Pada saat itulah Nyana datang.
Setelah pasukan TNI berhasil mendesak GAM mundur, para marinir melakukan penyisiran dan menemukan ketiga teman Nyana: Say (Burma), Loo Thean Chang (Malaysia), dan Taikong Id (Thailand). Mereka ditemukan di kapal penangkap ikan jenis trawl dengan nomor KHF-1204. Pemilik kapal itu, menurut pengakuan seorang nelayan, adalah Ahi, berkebangsaan Malaysia.
Dalam dokumen kapal yang mereka bawa, memang ada izin menangkap ikan dari pemerintah Malaysia. "Yang menjadi pertanyaan, dalam dokumen kapal dituliskan jumlah awak dua orang, tapi kami menemukan empat orang," kata Panglima Komando Operasi TNI Brigjen Bambang Darmono kepada wartawan. Keempatnya lantas dievakuasi dengan helikopter ke Kota Lhokseumawe, ibu kota Aceh Utara, sekitar pukul 16.00 WIB. Helikopter itu datang tak lama setelah helikopter lainnya membawa wartawan freelance asal Amerika Serikat, William Nessen, menuju Banda Aceh. Setiba di sana, keempatnya diperiksa di Markas Komando Operasi TNI di Lhokseumawe.
Akan kemungkinan warga asing itu membawa pasokan senjata untuk GAM, Bambang mengelak. Menurut dia, sampai saat ini dia menduga semua awak kapal itu adalah nelayan ikan tuna. "Ketika saya melihat langsung kapal nelayan itu pada 18 Juni lalu, saya menduga kapal ini kapal nelayan biasa," tutur Bambang. Kapal nelayan itu ditemukan TNI beberapa waktu lalu dalam keadaan kosong.
Menurut Kolonel Alfan Baharuddin, Komandan Satuan Tugas Mobil IV Bajul Rawa, keempat warga asing itu ditemukan dalam kondisi menyedihkan. "Mereka mengaku telah disandera GAM selama 30 hari," kata Alfan. Selama itu pula mereka harus berpindah-pindah mengikuti gerakan pasukan GAM. Namun mereka mengaku diperlakukan baik. "Tapi saya tidak tahu kenapa saya ditangkap," kata Loo dengan logat Malaysia kental.
Departemen Luar Negeri sampai saat ini belum mendapat laporan resmi dari Penguasa Darurat Militer Daerah Nanggroe Aceh Darussalam mengenai keempat orang asing itu. "Kami sudah mendengar melalui media massa, tapi belum ada laporan resmi dari sana," kata Sekretaris Jenderal Departemen Luar Negeri, Sudjanan Parnohadiningrat, kepada Anastasya dari Tempo News Room.
Dia tak tahu persis bagaimana mereka sampai masuk ke daerah operasi pemulihan keamanan dan mengapa sampai "terjebak" di sana. Kata Sudjanan, mereka memang tak perlu mendapat visa jika masuk Indonesia karena negara mereka berada dalam daftar negara yang warganya mendapatkan fasilitas kunjungan bebas visa singkat.
Abdul Manan, Cahyo Junaedy
TEMPO Edisi 030706-018/Hal. 39 Rubrik Nasional
Setelah dekat, perenang itu ternyata, eh, warga negara asing. Namanya Nyana, berkewarganegaraan Burma. Setiba di lokasi pasukan TNI, dia langsung dievakuasi. Dari keterangannya diketahui, Nyana tidak sendirian. Masih ada tiga kawannya yang terjebak di tengah kontak senjata itu.
Pasukan marinir yang tergabung dalam Satuan Tugas Mobil IV Bajul Rawa itu terlibat kontak senjata dengan GAM sekitar pukul 12.20 WIB, ketika melakukan patroli rutin di sekitar Penaga, tepatnya di mulut Sungai Raja Muda. Dalam kontak selama delapan menit ini, tak ada korban dari TNI dan GAM. Pada saat itulah Nyana datang.
Setelah pasukan TNI berhasil mendesak GAM mundur, para marinir melakukan penyisiran dan menemukan ketiga teman Nyana: Say (Burma), Loo Thean Chang (Malaysia), dan Taikong Id (Thailand). Mereka ditemukan di kapal penangkap ikan jenis trawl dengan nomor KHF-1204. Pemilik kapal itu, menurut pengakuan seorang nelayan, adalah Ahi, berkebangsaan Malaysia.
Dalam dokumen kapal yang mereka bawa, memang ada izin menangkap ikan dari pemerintah Malaysia. "Yang menjadi pertanyaan, dalam dokumen kapal dituliskan jumlah awak dua orang, tapi kami menemukan empat orang," kata Panglima Komando Operasi TNI Brigjen Bambang Darmono kepada wartawan. Keempatnya lantas dievakuasi dengan helikopter ke Kota Lhokseumawe, ibu kota Aceh Utara, sekitar pukul 16.00 WIB. Helikopter itu datang tak lama setelah helikopter lainnya membawa wartawan freelance asal Amerika Serikat, William Nessen, menuju Banda Aceh. Setiba di sana, keempatnya diperiksa di Markas Komando Operasi TNI di Lhokseumawe.
Akan kemungkinan warga asing itu membawa pasokan senjata untuk GAM, Bambang mengelak. Menurut dia, sampai saat ini dia menduga semua awak kapal itu adalah nelayan ikan tuna. "Ketika saya melihat langsung kapal nelayan itu pada 18 Juni lalu, saya menduga kapal ini kapal nelayan biasa," tutur Bambang. Kapal nelayan itu ditemukan TNI beberapa waktu lalu dalam keadaan kosong.
Menurut Kolonel Alfan Baharuddin, Komandan Satuan Tugas Mobil IV Bajul Rawa, keempat warga asing itu ditemukan dalam kondisi menyedihkan. "Mereka mengaku telah disandera GAM selama 30 hari," kata Alfan. Selama itu pula mereka harus berpindah-pindah mengikuti gerakan pasukan GAM. Namun mereka mengaku diperlakukan baik. "Tapi saya tidak tahu kenapa saya ditangkap," kata Loo dengan logat Malaysia kental.
Departemen Luar Negeri sampai saat ini belum mendapat laporan resmi dari Penguasa Darurat Militer Daerah Nanggroe Aceh Darussalam mengenai keempat orang asing itu. "Kami sudah mendengar melalui media massa, tapi belum ada laporan resmi dari sana," kata Sekretaris Jenderal Departemen Luar Negeri, Sudjanan Parnohadiningrat, kepada Anastasya dari Tempo News Room.
Dia tak tahu persis bagaimana mereka sampai masuk ke daerah operasi pemulihan keamanan dan mengapa sampai "terjebak" di sana. Kata Sudjanan, mereka memang tak perlu mendapat visa jika masuk Indonesia karena negara mereka berada dalam daftar negara yang warganya mendapatkan fasilitas kunjungan bebas visa singkat.
Abdul Manan, Cahyo Junaedy
TEMPO Edisi 030706-018/Hal. 39 Rubrik Nasional
Comments