Ketika Angin Bertiup dari Pasifik...

Banjir dan tanah longsor menandai hadirnya tahun 1999. Bencana ini, dalam kondisi politik masa kini, berpotensi memancing kerusuhan.

JANGAN tinggal di Indonesia kalau tak mau kehujanan dan ke panasan. Soalnya, bila hujannya ke terlaluan, atau panasnya keterlaluan, bukan saja terasa tak nyaman, itu bisa menjadi bencana. Contohnya, ya, di bulan Januari ini, dan menurut Badan Meteorologi dan Geofisika (BMG)--lembaga yang kegiatannya, antara lain, memprediksi musim--berlanjut di bulan Februari.

Itulah soal hujan yang terus-menerus dan hampir merata di berbagai tempat di Indonesia. Yang sudah terjadi, misalnya, yang melanda Surabaya. Di daerah bernama Tenggilis di ibu kota Jawa Timur itu memang selalu banjir di musim hujan. "Biasanya, dua tiga jam sesudah hujan reda, air surut," kata seorang warga. Tapi, di Tahun Baru lalu, ahyang menggenangi badan jalan baru surut setelah dua hari.

Warga setempat menuduh Komplek Ruko Rungkut Megah Raya yang menyebabkan air hujan menggenang dan tak mau surut seperti biasanya. Mereka marah, dan sekitar 20 ruko kacanya pecah berantakan. Amuk massa sekitar 100 orang ini berakhir setelah polisi datang. Tapi, bukan cuma di Tenggilis, di kawasan lain di Surabaya, air juga menggenang, dan tak seperti biasanya, tak mau cepat-cepat pergi.

Banjir di Surabaya juga menyebabkan Kereta Api Argobromo Anggrek tertahan di Stasiun Kereta Api Pasar Turi Surabaya, sekitar empat jam. Penyebabnya, gundukan tanah yang dipakai untuk bantalan rel kereta api di Kandangan Benowo dijebol warga. Itu dilakukan karena derasnya curah hujan membuat permukiman sekitar Kandangan ketamuan air selinggi sampai 70 sentimeter. Satu-satunya cara agar air tak bertamu lamalama, ya, menjebol bantalan rel kereta itu.

Menurut Zainal Abidin, Kepala Kelompok Analisa dan Ramalan Badan Meteorologi dan Geofisika Juanda, Surabaya, hujan belakangan ini, yang sudah di atas rata-rata, masih akan meningkat. Puncaknya, hujan akan turun tiap hari, dan itu berarti sampai 1,5 kali curah hujan normal, atau antara 280 sampai 380
milimeter.

Di pantai utara Jawa Tengah juga sudah terjadi curah hujan di atas rata-rata. Kudus, Semarang, Demak, Purwodadi sebagian wilayahnya tergenang air di hari-hari pertama tahun 1999 ini. La Iu, di kawasan selatan Jawa Tengah--Purworejo, Purbalingga, Banjarnegara, dan Cilacap juga sudah ketamuan banjir. Malah di kawasan tersebut belakangan itu air sudah bertamu di bulan April hingga Desember tahun lalu, dan mengakibatkan kerugian materi sekitar Rp 5,1 miliar, 200 orang kehilangan rumah, puluhan kambing, dan 2.700 ayam kampung hanyut. Juga peternakan ikan gurameh yang menghasilkan rata-rata 20 kuintal per panen, bobol.

* Angin Muson Barat

Kepala Stasiun Klimatologi Semarang, Soepriyo, memperkirakan puncak hujan lebat akan menimpa daerah pantai utara seperti Brebes, Pekalongan, Kendal, Demak, Kudus, Pati, Grobogan pada bulan Januari ini. Seorang pakar dari Universitas Gadjah Mada, Yogya, memperkirakan, Pantai Utara Jawa Tengah akan diguyur hujan dua sampai tiga kali lipat daripada curah hujan biasanya.

Soepriyo memastikan, meningkatnya curah hujan akhir-akhir ini akibat La nina. Tanda-tandanya, suhu di permukaan laut kawasan Pasifik tengah dan timur mendingin. Pada akhir Desember lalu suhu di permukaan laut tersebut menurun 3,5 derajat Celcius dari suhu rata-rata 25 derajat Celcius. Sementara itu, suhu di perairan Indonesia naik 1--2 derajat Celcius. Akibatnya, udara di Indonesia menipis, uap air naik jadi awan dan udara bertiup dari arah Pasifik ke lndonesia. Faktor ini yang menyebabkan wilayah Indonesia berpotensi curah hujan tinggi.

Tanda kedua, Indeks Isolasi Selatan, yakni adanya selisih tekanan udara yang cukup yang mengakibatkan bertiupnya angin Muson Barat. Angin ini bertiup ke Darwin dari Tahiti. Tapi, saat ini di Darwin sedang musim panas. Maka, uap air yang terbawa Muson Barat tak jatuh menjadi hujan di Darwin, melainkan terus piknik ke barat, masuk wilayah Asia, dan mana lagi yang dikunjunginya bila bukan Indonesia. Tamu ini jelas oleh-olehnya: uap air.

Bila ramalannya BMG kemudia klop dengan ramalan paranormal, itu mah kebetulan saja. Yang penting, bersiap-siaplah menyambut tamu yang bila keterlaluan sungguh tak menyenangkan ini.

Imam Wahjoe/Laporan Abdul Manan (Surabaya), Ahmad Solikhan (Yogyakarta) Aendra Medita (Bandung) dan Koresponden Semarang (Jawa Tengah)

D&R, Edisi 990118-023/Hal. 44 Rubrik Lingkungan

Comments

Popular posts from this blog

Metamorfosa Dua Badan Intelijen Inggris, MI5 dan MI6

Kronologis Penyerbuan Tomy Winata ke TEMPO