Setelah Mega-Akbar Berjabat Tangan
"Penjodohan" Megawati dengan Akbar Tanjung akan menyulitkan koalisi PDIP-PAN-PKB. Tapi, sejauh ini, peta politik masih abu-abu.
KETUA Umum Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) Megawati Soekarnoputri tak lagi berdiam diri. Ia mulai membuka komunikasi politik dengan kelompok lain. Setelah menyelesaikan kunjungannya ke Timor Timur selama tiga hari, ia bertemu dengan Ketua Umum Partai Golongan Karya (Golkar) Akbar Tanjung pada 12 Agustus lalu. Berbagai tanggapan muncul perihal pertemuan dalam acara bareng Badan Kontak Alumni Himpunan Mahasiswa Islam-Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia itu.
Pimpinan Pusat Muhammadiyah Ahmad Syafii Maarif melihat persuaan ini baru merupakan penjajakan awal. Belum mengindikasikan koalisi. "Tapi, memang bukan mustahil PDIP dan Golkar berkoalisi," tutur Ahmad.
Sejumlah elite Partai Amanat Nasional (PAN) menilai pertemuan itu positif dan merupakan proses yang wajar. "Kalau tak ada pertemuan, Justru malah tak normal Penjajakan diperlukan sebelum mereka tawar-menawar," kata Sekretaris Jenderal PAN Faisal Basri. Barangkali, lanjut Faisal, lewat pertemuan inilah Golkar "Putih" bisa dirangkul. Golkar Putih yang dimaksud Faisal adalah kelompok Akbar. Lawannya adalah Golkar"Hitam" yang merujuk ke kubu B.J. Habibie. Istilah Hitam- Putih ini muncul belakangan.
Dalam pandangan Ketua PAN A.M. Fatwa, pertemuan tersebut bukanlah pertanda pergeseran dukungan Akbar dari Habibie ke Megawati. Sekalipun, kata Fatwa, faktanya di Golkar kini ada kelompok yang tidak menghendaki Habibie.
* Pencalonan Gus Dur
Yang menanggapi persuaan itu secara serius adalah Ketua Dewan Pimpinan Pusat PAN Abdillah Toha. Abdillah berharap PDIP dan Golkar tidak bergabung karena,kalau bermitra, oposisi nanti akan sangat lemah. "Kalau oposisi lemah, penyakit-penyakit lama akan kambuh lagi," ujarnya.
Pertemuan Mega-Akbar telah jadi isu baru. Tapi, itu tak serta-merta membuat gagasan "poros tengah" yang digulirkan Ketua Umum PAN Amien Rais surut. Amien Rais sendiri masih bersemangat. Ia, misalnya, bilang justru lebih enak bagi dirinya kalau Golkar dan PDIP bersatu. Enaknya, pemerintah koalisi PDIP dan Golkar akan lebih gampang dikontrol dengan memakai parameter reformasi.
Langkah poros tengah sendiri memang masih jauh dari rempak. Pencalonan Gus Dur oleh Amien Rais dkk. masih jadi kontroversi di lingkungan poros itu, walau partai-partai yang tergabung di sana banyak yang tak sreg terhadap Megawati maupun Habibie.
Di PAN pun banyak yang tak setuju dengan dukungan Amien kepada Gus Dur. Seorang pengurus teras Dewan Pimpinan Pusat PAN menerangkan, meski di partainya banyak yang mendukung poros tengah, dukungan Amien untuk Gus Dur tetap aneh dan bukan keputusan partai. Ia menyebut hal itu naif, individual, dan emosional. Sumber ini mengatakan, dirinya tahu persis pencalonan Gus Dur oleh Amien Rais itu irasional. "Selama ini, Mas Amien sangat tidak secure dengan Gus Dur," katanya.
Ketua Umum Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) Matori Abdul Djalil sendiri hingga kini masih berkukuh bahwa dirinya secara pribadi dan PKB tetap mendukung Megawati.
Matori boleh bersikap demikian. Yang pasti, pencalonan Gus Dur di kalangan Nahdlatul Ulama (NU) sudah menggelinding. K.H. Imron Hamzah, Ketua Rois Syuriah Pengurus Wilayah NU Jawa Timur, misalnya, termasuk yang antusias menyambut pencalonan Gus Dur "Yang jelas, kalau Gus Dur mau, tidak ada orang NU yang tidak senang Gus Dur jadi presiden. Saya akan menggerakkan orang NU untuk berdoa. Mudah-mudahan jadi," kata Imron.
Bahwa Gus Dur justru menjagokan Megawati, bagi Imron, itu urusan cucu pendiri NU tersebut. Menurut Imron, kiai-kiai NU masih banyak yang belum setuju kalau Mega yang jadi kepala negara. Ia mengkritik Matori yang menyatakan PKB pasti mendukung, Mega. "Apa PKB sudah rapat?" ujar dia.
I.W.L/Laporan Eko Y.A.F., Ria Satriana (jakarta), Abdul Manan (surabaya), Biontak Poer (Solo), Pamungkas E.k (Semarang), dan
Prasetya (yogya)
D&R, Edisi 990816-001/Hal. 50 Rubrik Liputan Khusus
KETUA Umum Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) Megawati Soekarnoputri tak lagi berdiam diri. Ia mulai membuka komunikasi politik dengan kelompok lain. Setelah menyelesaikan kunjungannya ke Timor Timur selama tiga hari, ia bertemu dengan Ketua Umum Partai Golongan Karya (Golkar) Akbar Tanjung pada 12 Agustus lalu. Berbagai tanggapan muncul perihal pertemuan dalam acara bareng Badan Kontak Alumni Himpunan Mahasiswa Islam-Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia itu.
Pimpinan Pusat Muhammadiyah Ahmad Syafii Maarif melihat persuaan ini baru merupakan penjajakan awal. Belum mengindikasikan koalisi. "Tapi, memang bukan mustahil PDIP dan Golkar berkoalisi," tutur Ahmad.
Sejumlah elite Partai Amanat Nasional (PAN) menilai pertemuan itu positif dan merupakan proses yang wajar. "Kalau tak ada pertemuan, Justru malah tak normal Penjajakan diperlukan sebelum mereka tawar-menawar," kata Sekretaris Jenderal PAN Faisal Basri. Barangkali, lanjut Faisal, lewat pertemuan inilah Golkar "Putih" bisa dirangkul. Golkar Putih yang dimaksud Faisal adalah kelompok Akbar. Lawannya adalah Golkar"Hitam" yang merujuk ke kubu B.J. Habibie. Istilah Hitam- Putih ini muncul belakangan.
Dalam pandangan Ketua PAN A.M. Fatwa, pertemuan tersebut bukanlah pertanda pergeseran dukungan Akbar dari Habibie ke Megawati. Sekalipun, kata Fatwa, faktanya di Golkar kini ada kelompok yang tidak menghendaki Habibie.
* Pencalonan Gus Dur
Yang menanggapi persuaan itu secara serius adalah Ketua Dewan Pimpinan Pusat PAN Abdillah Toha. Abdillah berharap PDIP dan Golkar tidak bergabung karena,kalau bermitra, oposisi nanti akan sangat lemah. "Kalau oposisi lemah, penyakit-penyakit lama akan kambuh lagi," ujarnya.
Pertemuan Mega-Akbar telah jadi isu baru. Tapi, itu tak serta-merta membuat gagasan "poros tengah" yang digulirkan Ketua Umum PAN Amien Rais surut. Amien Rais sendiri masih bersemangat. Ia, misalnya, bilang justru lebih enak bagi dirinya kalau Golkar dan PDIP bersatu. Enaknya, pemerintah koalisi PDIP dan Golkar akan lebih gampang dikontrol dengan memakai parameter reformasi.
Langkah poros tengah sendiri memang masih jauh dari rempak. Pencalonan Gus Dur oleh Amien Rais dkk. masih jadi kontroversi di lingkungan poros itu, walau partai-partai yang tergabung di sana banyak yang tak sreg terhadap Megawati maupun Habibie.
Di PAN pun banyak yang tak setuju dengan dukungan Amien kepada Gus Dur. Seorang pengurus teras Dewan Pimpinan Pusat PAN menerangkan, meski di partainya banyak yang mendukung poros tengah, dukungan Amien untuk Gus Dur tetap aneh dan bukan keputusan partai. Ia menyebut hal itu naif, individual, dan emosional. Sumber ini mengatakan, dirinya tahu persis pencalonan Gus Dur oleh Amien Rais itu irasional. "Selama ini, Mas Amien sangat tidak secure dengan Gus Dur," katanya.
Ketua Umum Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) Matori Abdul Djalil sendiri hingga kini masih berkukuh bahwa dirinya secara pribadi dan PKB tetap mendukung Megawati.
Matori boleh bersikap demikian. Yang pasti, pencalonan Gus Dur di kalangan Nahdlatul Ulama (NU) sudah menggelinding. K.H. Imron Hamzah, Ketua Rois Syuriah Pengurus Wilayah NU Jawa Timur, misalnya, termasuk yang antusias menyambut pencalonan Gus Dur "Yang jelas, kalau Gus Dur mau, tidak ada orang NU yang tidak senang Gus Dur jadi presiden. Saya akan menggerakkan orang NU untuk berdoa. Mudah-mudahan jadi," kata Imron.
Bahwa Gus Dur justru menjagokan Megawati, bagi Imron, itu urusan cucu pendiri NU tersebut. Menurut Imron, kiai-kiai NU masih banyak yang belum setuju kalau Mega yang jadi kepala negara. Ia mengkritik Matori yang menyatakan PKB pasti mendukung, Mega. "Apa PKB sudah rapat?" ujar dia.
I.W.L/Laporan Eko Y.A.F., Ria Satriana (jakarta), Abdul Manan (surabaya), Biontak Poer (Solo), Pamungkas E.k (Semarang), dan
Prasetya (yogya)
D&R, Edisi 990816-001/Hal. 50 Rubrik Liputan Khusus
Comments