Duh, Malangnya Nana
Seorang mahasiswa memerkosa bocah lima tahun. Kelainan seksual atau main gampang.
INI kisah duka seorang bocah perempuan, sebut saja Nana, lima tahun. Bocah polos berkulit putih itu diperkosa Fatkhurrahman, 21 tahun, mahasiswa yang indekos di sebelah rumah keluarganya di daerah Pucangarjo, Surabaya.
Fatkhur, mahasiswa akademi perawat, mula-mula membujuk Nana dengan iming-iming roti pada Desember lalu. Tanpa waswas, bocah cilik itu menerima roti dari Fatkhur, yang dikenal sebagai Slamet. Fatkhur semakin menebar jaring setannya. Ia meyakinkan Nana bahwa dirinya adalah pacar Nana. Karena itu, Nana mesti menurut, apa pun yang diminta Fatkhur.
Nana, yang masih kecil, tentu saja belum mengerti tipuan itu. Setelah terbujuk, Nana diminta tidur-tiduran di kamar indekos Fatkhur, yang memang sepi pada siang hari. Setelah berbaring, baju bocah cilik itu dilucuti. Dan, Fatkhur kemudian menyetubuhinya.
Ketika Nana menjerit kesakitan, Fatkhur membungkam mulut kecil itu. Ia terus saja melakoni ulah bejatnya. Tak cuma itu. Yudiono, teman sekamar indekos Fatkhur, juga ikut-ikutan. Perbuatan nista itu mereka lakukan terhadap Nana sampai tujuh kali, selama Desember lalu.
* Jadi Pemurung
Awalnya, aksi Fatkhur dan Yudi aman-aman saja. Mungkin lantaran Nana sudah diancam untuk tutup mulut. Namun, lama-lama, perubahan sikap dan tingkah bocah perempuan itu, rupanya, menarik perhatian neneknya, Ny. Tirta.
Sang nenek merasa ulah cucunya semakin aneh. Nana, yang tadinya ceria dan lincah, jadi pemurung dan malas sekolah. Bocah itu juga acap memegangi kemaluannya, sambil meringis kesakitan.
Janggalnya lagi, bila Fatkhur ataupun Yudi lewat di depan rumahnya. Nana tampak tersipu-sipu malu. Kecurigaan Ny. Tirta semakin menjadi-jadi tatkala dia menemukan tisu berbercak darah di keranjang sampah. Namun, upaya Ny. Tirta untuk membujuk Nana agar mau menceritakan peristiwa yang menimpanya tak membuahkan hasil. Nana tak kunjung buka mulut.
Belakangan, usaha Ny. Tirta mulai menunjukkan hasil. Nana mengaku bahwa dirinya "dikerjain' Fatkhur. Dugaan Ny. Tirta pun semakin menguat setelah Nana diperiksa dokter. Ternyata, didinding kemaluan Nana robek akibat paksaan benda tumpul.
Ny. Tirta langsung mengadukan Fatkhur alias Slamet dan Yudi ke Kepolisian Sektor Kota Gubeng, Surabaya. Tanpa kesulitan, polisi kemudian meringkus Fatkhur dan Yudi.
Kepada pemeriksa, kedua tersangka membenarkan kisah itu. Bahkan, Fatkhur mengaku pernah mencoba memerkosa Lina, bukan nama sebenarnya, juga bocah perempuan sebaya Nana. Tapi, kata Fatkhur, Lina hanya dipaksa melakukan seks anal dengannya.
* Krisis Harga Diri
Fatkhur dan Yudi mengaku sangat menyesal. "Namanya khilaf, seperti kesetanan." ucap Fatkhur, sambil tertunduk. Meski tidak diduga mengalami kelainan jiwa, polisi tentu akan mendatangkan psikiater untuk memeriksa Fatkhur dan Yudi.
Menurut Astrid Wiratna, psikolog yang juga dosen di Universitas Surabaya, bisa juga kedua tersangka mengidap kelainan seksual. seperti fedofilia (suka berhubungan seks dengan anak kecil). Tapi, "Bisa pula karena keduanya tidak punya pacar dan tidak mampu untuk 'beli'," tutur Astrid.
Polisi sempat menanyakan kepada Fatkhur dan Yudi atas ulah mereka terhadap Nana yang sampai terjadi tujuh kali. Fatkhur cuma tersenyum-senyum menjawabnya, seraya menunduk. "Sudahlah, Mas. Pokoknya saya menyesal. Tobat," ujarnya berulang-ulang, "yang tidak bisa saya bayangkan, bagaimana menaruh muka saya kalau kembali masuk kuliah."
Kok, cuma membayangkan nasibnya? Bagaimana dengan derita Nana, yang mungkin sulit terhapuskan? "Si anak akan mengalami gangguan psikologis yang sangat hebat," kata Astrid Wiratna. Karena, peristiwa itu merupakan aib yang sangat besar pada dirinya. Kemungkinan terburuk, "Anak perempuan itu bisa kehilangan harga dirinya." ujar Astrid.
Tampaknya, beban yang harus ditanggung Nana sangat berat. Selain ada kemungkinan anak yang diperkosa berkali-kali menjadi tak produktif-cap negatif masyarakat juga bisa memperparah kondisi kejiwaannya.
"Itu memang bukan tidak hisa disembuhkan. Yang harus dilakukan adalah membimbing anak itu dengan hati-hati," kata Astrid, "tapi jangan terlalu dikasihani, seperti dia anak yang lemah. Perlakukan seperti anak-anak lain."
Laporan Abdul Manan (Surabaya)
D&R, Edisi 980314-030/Hal. 66 Rubrik Kriminalitas
INI kisah duka seorang bocah perempuan, sebut saja Nana, lima tahun. Bocah polos berkulit putih itu diperkosa Fatkhurrahman, 21 tahun, mahasiswa yang indekos di sebelah rumah keluarganya di daerah Pucangarjo, Surabaya.
Fatkhur, mahasiswa akademi perawat, mula-mula membujuk Nana dengan iming-iming roti pada Desember lalu. Tanpa waswas, bocah cilik itu menerima roti dari Fatkhur, yang dikenal sebagai Slamet. Fatkhur semakin menebar jaring setannya. Ia meyakinkan Nana bahwa dirinya adalah pacar Nana. Karena itu, Nana mesti menurut, apa pun yang diminta Fatkhur.
Nana, yang masih kecil, tentu saja belum mengerti tipuan itu. Setelah terbujuk, Nana diminta tidur-tiduran di kamar indekos Fatkhur, yang memang sepi pada siang hari. Setelah berbaring, baju bocah cilik itu dilucuti. Dan, Fatkhur kemudian menyetubuhinya.
Ketika Nana menjerit kesakitan, Fatkhur membungkam mulut kecil itu. Ia terus saja melakoni ulah bejatnya. Tak cuma itu. Yudiono, teman sekamar indekos Fatkhur, juga ikut-ikutan. Perbuatan nista itu mereka lakukan terhadap Nana sampai tujuh kali, selama Desember lalu.
* Jadi Pemurung
Awalnya, aksi Fatkhur dan Yudi aman-aman saja. Mungkin lantaran Nana sudah diancam untuk tutup mulut. Namun, lama-lama, perubahan sikap dan tingkah bocah perempuan itu, rupanya, menarik perhatian neneknya, Ny. Tirta.
Sang nenek merasa ulah cucunya semakin aneh. Nana, yang tadinya ceria dan lincah, jadi pemurung dan malas sekolah. Bocah itu juga acap memegangi kemaluannya, sambil meringis kesakitan.
Janggalnya lagi, bila Fatkhur ataupun Yudi lewat di depan rumahnya. Nana tampak tersipu-sipu malu. Kecurigaan Ny. Tirta semakin menjadi-jadi tatkala dia menemukan tisu berbercak darah di keranjang sampah. Namun, upaya Ny. Tirta untuk membujuk Nana agar mau menceritakan peristiwa yang menimpanya tak membuahkan hasil. Nana tak kunjung buka mulut.
Belakangan, usaha Ny. Tirta mulai menunjukkan hasil. Nana mengaku bahwa dirinya "dikerjain' Fatkhur. Dugaan Ny. Tirta pun semakin menguat setelah Nana diperiksa dokter. Ternyata, didinding kemaluan Nana robek akibat paksaan benda tumpul.
Ny. Tirta langsung mengadukan Fatkhur alias Slamet dan Yudi ke Kepolisian Sektor Kota Gubeng, Surabaya. Tanpa kesulitan, polisi kemudian meringkus Fatkhur dan Yudi.
Kepada pemeriksa, kedua tersangka membenarkan kisah itu. Bahkan, Fatkhur mengaku pernah mencoba memerkosa Lina, bukan nama sebenarnya, juga bocah perempuan sebaya Nana. Tapi, kata Fatkhur, Lina hanya dipaksa melakukan seks anal dengannya.
* Krisis Harga Diri
Fatkhur dan Yudi mengaku sangat menyesal. "Namanya khilaf, seperti kesetanan." ucap Fatkhur, sambil tertunduk. Meski tidak diduga mengalami kelainan jiwa, polisi tentu akan mendatangkan psikiater untuk memeriksa Fatkhur dan Yudi.
Menurut Astrid Wiratna, psikolog yang juga dosen di Universitas Surabaya, bisa juga kedua tersangka mengidap kelainan seksual. seperti fedofilia (suka berhubungan seks dengan anak kecil). Tapi, "Bisa pula karena keduanya tidak punya pacar dan tidak mampu untuk 'beli'," tutur Astrid.
Polisi sempat menanyakan kepada Fatkhur dan Yudi atas ulah mereka terhadap Nana yang sampai terjadi tujuh kali. Fatkhur cuma tersenyum-senyum menjawabnya, seraya menunduk. "Sudahlah, Mas. Pokoknya saya menyesal. Tobat," ujarnya berulang-ulang, "yang tidak bisa saya bayangkan, bagaimana menaruh muka saya kalau kembali masuk kuliah."
Kok, cuma membayangkan nasibnya? Bagaimana dengan derita Nana, yang mungkin sulit terhapuskan? "Si anak akan mengalami gangguan psikologis yang sangat hebat," kata Astrid Wiratna. Karena, peristiwa itu merupakan aib yang sangat besar pada dirinya. Kemungkinan terburuk, "Anak perempuan itu bisa kehilangan harga dirinya." ujar Astrid.
Tampaknya, beban yang harus ditanggung Nana sangat berat. Selain ada kemungkinan anak yang diperkosa berkali-kali menjadi tak produktif-cap negatif masyarakat juga bisa memperparah kondisi kejiwaannya.
"Itu memang bukan tidak hisa disembuhkan. Yang harus dilakukan adalah membimbing anak itu dengan hati-hati," kata Astrid, "tapi jangan terlalu dikasihani, seperti dia anak yang lemah. Perlakukan seperti anak-anak lain."
Laporan Abdul Manan (Surabaya)
D&R, Edisi 980314-030/Hal. 66 Rubrik Kriminalitas
Comments